Episod 3 : Perjalanan ke Baitullah dan menziarahi Rasulullah


Pada hari ketiga, selepas sarapan pagi kami dibawa ke Bandaraya Iskandariah yang terletak di persisiran Laut Mediteranian. Perjalanan mengambil masa sekitar 3 jam lebih dengan menaiki bas. Sepanjang perjalanan kami dapat melihat kebun-kebun zaitun, anggur, kurma. Kini tanah yang dulunya gurun padang pasir telah bertukar menjadi ladang-ladang hijau. Terdapat juga perkampungan orang-orang Mesir dimana rumah-rumah mereka setinggi tiga empat tingkat. Cuma yang menghairankan tingkap rumah mereka cuma beberapa sahaja. Tiada bumbung khusus seperti kita di sini. Mudah bagi mereka untuk menyambung tingkat rumah seterusnya. Ada juga yang tidak bersimen pada dinding luar rumah. Tapi menurut suami, katanya dalam rumah mereka cantik selalunya.

Sesampai di Bandaraya Iskandariah, suasananya nyaman, bersih jauh berbeza dibandingkan di Kota Kaherah. Bandarnya dipagari Lau Mediteranian yang indah. Biru menghijau dan dihiasi Kubu Pertahanan Sultan Qaitbey. Gerai-gerai cenderamata berjejeran di sepanjang pantai. Kami sempat membeli magnet untuk dilekatkan di freezer ( hobi mengumpul dari dulu) dan ukiran monumen Iskandariah

.


Gambar di atas adalah perpustakaan Iskandariah.

Tidak jauh dari Laut Mediteranian terletak sebuah Masjid Mursi Abu Abas yang tersergam indah. Di tepinya terdapat Maqam Imam Al-Busiri. Imam Al-Busairi merupakan ulama sufi dan penyair Mesir yang mengikuti tariqat Shadhili. Beliau adalah kenalan rapat kepada Imam Ibnu 'Ataillah al-Iskandari yang mengarang puisi tasawwuf yang sangat terkenal di dalam dunia Islam, iaitu Al-Hikam.

Tengaharinya kami dihidangkan dengan makanan laut yang agak enak di sebuah restoran tepi laut. Dekorasi dalaman kedai yang unikmembuat kami teruja. Ada ikan bakar, goreng, udang, sotong, terung, kuah kacang dal, salad dan nasi.

Selesai menjamu selera, kami ke kedai buah yang berhampiran dan membeli sekilo strawberi yang cuma berharga 4 junaih ( sekitar rm3.50) Sedap! Manis!

Kemudian kami mengunjungi Masjid Nabi Daniel dimana sebelahnya terdapat Makam Nabi Daniel dan Makan Luqman Al-Hakim. Kami cuma dibenarkan melawat dari luar sahaja kerana sedang dalam pembinaan semula.

Masjid ini dikenal dengan nama Masjid Nabi Daniel, mengingat di dalamnya ada kuburan beliau. Ia dikuburkan di dalam masjid ini berhadapan dengan kuburan Luqmanul Hakim. Dalam agama Islam, nama Nabi Daniel termasuk yang jarang terdengar. Hal ini mengingat Nabi Daniel tidak termasuk salah satu dari 25 nabi yang wajib diketahui. Namun demikian, para ahli sejarah mengatakan, beliau adalah seorang Nabi yang pernah hidup dan meninggal di Mesir. Nabi Daniel termasuk di antara keturunan Nabi Daud as.

Imam ats-Tsa’laby sebagaimana dikutip oleh Muhammad bin Iyas Abul Barakat al-Hifny dalam bukunya Bada’iuz Zuhur fi Waqai’ ad-Duhur (hal.192-194) menuturkan, bahwa syahdan dahulu hidup seorang raja Babil yang terkenal jahatnya yang bernama, Bakhtashir. Bakhtashir sendiri termasuk keturunan Yafuts dan Yafuts adalah putra Nabi Nuh as.Dalam sejarahnya, Bakhtashir seorang raja yang sangat kejam. Tidak ada satupun laki-laki Bani Israil yang hidup melainkan dibunuhnya. Anak-anak dipisahkan dari orang tuanya dan dilatih untuk perang sebagian dipenjara.

Suatu saat Bakhtashir menawan banyak masyarakat, termasuk anak-anak. Di antara yang ditawan itu ada seorang anak-anak bernama Nabi Daniel. Ia ditawan dan dipenjarakan bersama dengan keturunan Nabi Ya’kub dan Nabi Yusuf, as.

Suatu hari Bakhtashir bermimpi dengan mimpi yang sangat mengejutkannya.. Ia bertanya kepada para dukun dan juru ramal saat itu, akan tetapi semuanya diam, tidak dapat mengartikan mimpinya tadi. Lalu datanglah seorang laki-laki yang pernah dipenjara bersama Nabi Daniel yang mengabarkan kepada Bakhtashir bahwa di dalam penjara ada seorang pemuda yang pandai menafsirkan mimpi. Dia adalah Nabi Daniel. Di panggilah Nabi Daniel untuk menakbirkan mimpinya itu.

Nabi Daniel dengan sangat jelas megertikan mimpi Bakhtashir tadi. Bakhtashir pun kagum akan kehebatan Nabi Daniel. Nabi Daniel kemudian dibebaskan dari penjara dan dijadikan konsultan sekaligus guru pribadi Bakhtashir.

Kedekatan antara Bakhtashir dengan Nabi Daniel ini membuat petinggi Majusi geram. Mereka kemudian merencanakan sebuah makar untuk membunuh Nabi Daniel. Digalilah sebuah lobang besar, kemudian Nabi Daniel dimasukkan ke dalamnya bersamaan dengan binatang-binatang buas dan berbisa. Namun, setelah beberapa hari lamanya Nabi Daniel berada di lobang tersebut, Bakhtashir mendapatkan Nabi Daniel dalam keadaan sihat tidak kurang sedikitpun.

Ia pun semakin dekat dan sayang kepada Nabi Daniel. Melihat hal itu, orang-orang Majusi kembali menghasut Nabi Daniel dengan hasutan-hasutan yang jauh dari kebenaran. Di antara hasutan ini, dikatakan kepada Bakhtashir bahwa Daniel telah menyebarkan ‘aib yang tidak baik tentang Bakhtashir, yaitu bahwa Raja Bakhashir apabila tidur, selalu buang air kecil di kasur.

Hasutan ini tentu membuat Bakhtashir geram, mengingat ini merupakan cacat dan aib besar untuk seorang raja. Nabi Daniel lalu dipanggil dan diminta tidur bersamanya. Bakhtashir kemudian berkata kepada para pengawal yang bertugas menjaga pintu, bahwa kelak apabila malam tiba ada orang yang keluar kamar untuk pipis, bunuh saja dia, siapapun dia orangnya, sekalipun dia mengaku bernama saya. Para pengawal pun mengiyakannya.

Begitu malam tiba, Nabi Daniel tidak keluar, ia tidak mau buang air kecil pada malam itu. Sampai akhirnya Bakhtashir sendiri yang pertama keluar kamar untuk pipis. Setiba di pintu, para pengawal langsung menangkapnya. Bakhtashir berteriak dan berkata: “jangan bunuh, saya adalah raja kalian, Bakhtashir”.

Namun para pengawal menjawabnya dengan mengatakan: “Dusta, kamu telah berdusta, kamu bukan Bakhtashir raja kami, tapi kamu adalah orang yang mengaku-ngaku sebagai raja kami. Dan siapapun yang keluar malam pertama, maka dia harus dibunuh”. Tanpa panjang kalam, Bakhtashir pun lalu dibunuhnya. Allah menyelamatkan Nabi Daniel dan membinasakan Bakhtashir yang jahat.

Abul Barakat al-Hifny kemudian menuturkan, Nabi Daniel kemudian berangkat menuju kota Iskandariyah, dan menghabiskan sisa-sisa hidupnya untuk berdakwah di sana, bahkan meninggal dan kuburannya pun di sana.

Kuburan Nabi Daniel ini menurut al-Hifny dalam Badai’uz Zuhurnya (hal 194, 195) ditemukan pada masa Khalifah Umar bin Khatab. Saat itu ketika Iskandariyah berhasil dilumpuhkan oleh Amer bin Ash, Amer dan para tentara melihat ada tempat bersembunyi yang dikunci dengan gembok besi. Kemudian mereka membukanya, dan ternyata di dalamnya ada lobang kecil yang ditutup dengan marmer berwarna hijau yang ditutup dengan marmer berwarna hijau lainnya.

Begitu dibuka, ternyata di dalamnya ada jenazah seorang laki-laki dengan kain kafan yang ditenun benang emas, dengan badan yang sangat besar. Kejadian itu dilaporkan kepada Khalifah Umar, dan Umar segera bertanya kepada Ali bin Abi Thalib. Ali kemudian menjawab bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Nabi Daniel.

Umar segera memerintahkan Amer bin Ash untuk mengkafani kembali jenazah tadi, dan meminta untuk dikuburkan disebuah tempat yang tidak dapat dijangkau oleh orang-orang. Amer bin Ash lalu membuatkan kuburannya lagi di kota Iskandariyah yang saat ini di atasnya dibangun sebuah mesjid, bernama Masjid Nabi Daniel.

http://umisulaiman.blogspot.com/2009/04/masjid-nabi-daniel-di-kota-iskandariyah.html


Inilah wasiat-wasiat Luqman Al-hakim kepada anaknya…

Dan sesungguhnya Kami telah memberi kepada Luqman, hikmat kebijaksanaan, (serta Kami perintahkan kepadanya): Bersyukurlah kepada Allah (akan segala nikmatNya kepadamu)”. Dan sesiapa yang bersyukur maka faedahnya itu hanyalah terpulang kepada dirinya sendiri, dan sesiapa yang tidak bersyukur (maka tidaklah menjadi hal kepada Allah), kerana sesungguhnya Allah Maha Kaya, lagi Maha Terpuji.Surah Luqman; ayat 12

Hai anakku; ketahuilah, sesungguhnya dunia ini bagaikan lautan yang dalam, ramai manusia yang karam ke dalamnya. Bila engkau ingin selamat, agar jangan karam, layarilah lautan itu dengan SAMPAN yang bernama TAKWA, ISInya ialah IMAN dan LAYARnya adalah TAWAKKAL kepada ALLAH.

Hai anakku; orang – orang yang sentiasa menyediakan dirinya untuk menerima nasihat, maka dirinya akan mendapat penjagaan dari ALLAH. Orang yang insaf dan sedar setelah menerima nasihat orang lain, dia akan sentiasa menerima kemulian dari ALLAH juga.

Hai anakku; orang yang merasa dirinya hina dan rendah diri dalam beribadat dan taat kepada ALLAH, maka dia tawadduk kepada ALLAH, dia akan lebih dekat kepada ALLAH dan selalu berusaha menghindarkan maksiat kepada ALLAH.

Hai anakku; seandainya ibubapamu marah kepadamu kerana kesilapan yang dilakukan oleh mu, maka marahnya ibubapa terhadap mu adalah bagaikan baja bagi tanam tanaman.

Hai anakku; Jauhkan dirimu dari berhutang, kerana sesungguhnya berhutang itu boleh menjadikan dirimu hina di waktu siang dan gelisah di waktu malam.

Hai anakku; Dan selalulah berharap kpd ALLAH tentang sesuatu yg menyebabkan untuk tidak menderhakai ALLAH. Takutlah kepada ALLAH dengan sebenar-benar takut( takwa ), tentulah engkau akan terlepas dari sifat berputus asa dari rahmat ALLAH.

Hai anakku; seseorang pendusta akan lekas/cepat hilang air mukanya kerana tidak dipercayai orang dan seseorang yg telah rosak akhlaknya akan sentiasa banyak mengelamunkan hal-hal yang tidak benar.. Ketahuilah, memindahkan batu besar dari tempatnya semula itu lebih mudah daripada memberi pengertian/nasihat kepada orang yang tidak mahu mengerti atau mendengar nasihat.

Hai anakku; engkau telah merasakan betapa beratnya mengangkat batu besar dan besi yang amat berat, tetapi akan lebih berat lagi daripada semua itu,adalah bilamana engkau mempunyai tetangga (jiran) yang jahat.

Hai anakku; janganlah engkau mengirimkan orang yang tidak cerdik sebagai utusan. Maka bila tidak ada orang yang cerdik, sebaiknya dirimulah saja yang layak menjadi utusan.

Hai anakku; Jauhilah bersifat dusta, sebab dusta itu mudah dilakukan, bagaikan memakan daging burung, padahal sedikit sahaja berdusta itu telah memberikan akibat yang merbahaya.

Hai anakku; bila engkau mempunyai dua pilihan, takziah orang mati atau hadir majlis perkahwinan, pilihlah untuk menziarahi orang mati, sebab ianya akan mengingatkanmu kepada kampung akhirat sedangkan menghadiri pesta perkahwinan hanya mengingatkan dirimu kepada kesenangan duniawi sahaja.

Hai anakku; janganlah engkau makan sampai kenyang yang berlebihan, kerana sesungguhnya makan yang terlalu kenyang itu adalah lebih baiknya bila makanan itu diberikan kepada anjing sahaja.

Hai anakku; janganlah engkau langsung menelan apa sahaja kerana manisnya barang dan janganlah langsung memuntahkan apa saja pahitnya sesuatu barang itu, kerana manis belum tentu menimbulkan kesegaran dan pahit itu belum tentu menimbulkan kesengsaraan.

Hai anakku; Makanlah makananmu bersama sama dengan orang orang yg takwa dan musyawarahlah urusanmu dengan para alim ulamak dengan cara meminta nasihat dari mereka.

Hai anakku; bukanlah satu kebaikan namanya bilamana engkau selalu mencari ilmu tetapi engkau tidak pernah mengamalkannya. Hal itu tidak ubah bagaikan orang yg mencari kayu bakar, maka setelah banyak ia tidak mampu memikulnya, padahal ia masih mahu menambahkannya.

Hai anakku; bilamana engkau mahu mencari kawan sejati, maka ujilah terlebih dahulu dengan berpura-pura membuat dia marah. Bilamana dalam kemarahan itu dia masih berusaha menginsafkan kamu,maka bolehlah engkau mengambil dia sebagai kawan. Bila tidak demikian, maka berhati-hatilah.

Hai anakku; selalulah baik tuturkata dan halus budi-bahasamu serta manis wajahmu, dengan demikian engkau akan disukai orang yang melebihi sukanya seseorang terhadap orang lain yang pernah memberikan barang yang berharga.

Hai anakku; bila engkau berteman, tempatkanlah dirimu padanya sebagai orang yg tidak mengharapkan sesuatu daripadanya. Namun biarkanlah dia yang mengharapkan sesuatu darimu.

Hai anakku; Jadikanlah dan jagalah dirimu dalam segala tingkahlaku sebagai orang yang tidak ingin menerima pujian atau mengharap sanjungan orang lain kerana itu adalah sifat riya’ yang akan mendatangkan celaan pada dirimu.

Hai anakku; janganlah engkau condong kepada urusan dunia dan hatimu selalu disusahkan oleh dunia saja kerana engkau diciptakan ALLAH bukanlah untuk dunia sahaja. Sesungguhnya tiada makhluk yang lebih hina daripada orang yang terpedaya dengan dunianya.

Hai anakku; usahakanlah dan jagalah agar mulutmu jangan mengeluarkan kata-kata yang busuk dan kotor serta kasar, kerana engkau akan lebih selamat bila berdiam diri. Kalau berbicara, usahakanlah agar bicaramu mendatangkan manfaat bagi orang lain.

Hai anakku; janganlah engkau mudah ketawa kalau bukan kerana sesuatu yang menggelikan, janganlah engkau berjalan tanpa tujuan yang pasti, janganlah engkau bertanya sesuatun yang tidak ada guna bagimu, janganlah mensia-siakan hartamu.

Hai anakku; Barang sesiapa yang penyayang tentu akan disayangi, sesiapa yang pendiam akan selamat daripada berkata-kata yang mengandungi racun, dan sesiapa yg tidak dapat menahan lidahnya dari berkata-kata kotor tentu akan menyesal.

Hai anakku; bergaullah rapat dengan orang yang alim lagi berilmu. Perhatikanlah kata nasihatnya kerana sesungguhnya sejuklah hati ini mendengarkan nasihatnya, hiduplah hati ini dengan cahaya hikmah dari mutiara kata-katanya bagaikan tanah yang subur yang selalu disirami air hujan.

Hai anakku; ambillah harta dunia sekadar keperluanmu sahaja, dan nafkahkanlah yg selebihnya untuk bekalan akhiratmu. Jangan engkau tendang dunia ini ke keranjang atau bakul sampah kerana nanti engkau akan menjadi pengemis yang membuat beban orang lain.Sebaliknya janganlah engkau peluk dunia ini serta meneguk habis airnya kerana sesungguhnya yang engkau makan dan pakai itu adalah tanah belaka. Janganlah engkau bertemankan dengan orang yang bersifat talam dua muka, kelak akan membinasakan dirimu.

Perjalanan diteruskan melawat Kebun Bunga Montaza dan Istana Raja Farouk. Kawasannya sangat luas. Dihiasi taman-taman. Meski pun sudah berdekad ditinggalkan. Istana ini berhadapan Laut Mediteranian

.

Raja Farouk I (11 Februari 1920 - 18 Mac 1965) merupakan raja mutlak yang mewarisi tampuk pemerintahan daripada bapanya Raja Fuad I pada tahun 1936. Raja Farouk adalah raja dari Dinasti Muhammad Ali. Gelaran baginda ialah 'Seri Paduka Farouk I, Raja Mesir dan Sudan, jajahan Nubian, Kordofan dan Darfur'. Raja Farouk digulingkan dalam Revolusi Mesir 1952 dan mati dalam buangan di Itali. Kakaknya Fawzia Shirin adalah isteri tua dan permaisuri Shah Iran Mohammad Reza Pahlavi.

Baginda adalah cucu lelaki Muhammad Ali Pasha dari keturunan Albania. Ibunya rakyat Mesir. Raja Farouk belajar di Akademi Militer Diraja, Woolwich, England.Selepas pertabalannya, raja yang berusia 16 tahun itu membuat ucapan di radio, dengan itu menjadi raja Mesir pertama yang berucap secara langsung kepada rakyatnya.

Raja Farouk I yang masih remaja ini hanyut dengan kehidupan yang mewah. Walaupun mempunyai beribu ekar tanah, berdozen istana, dan beratus kereta, beliau tidak pernah merasa puas dengan kekayaannya. Malah, beliau sering melancung ke Eropah untuk membeli-belah.Ketika kesukaran semasa Perang Dunia II, Raja Farouk I kerap dikritik kerana gaya hidupnya yang mewah. Keputusan Raja Farouk I untuk menyalakan kesemua lampu istananya di Alexandria manakala rakyat lain diperintah untuk memadam semua semua lampu ketika pengeboman tentera Itali-Jerman, telah menyebabkan beliau dibenci oleh rakyat jelata. Akibat penerusan penjajahan British, ramai rakyat Mesir termasuk Raja Farouk I mahu berpihak kepada Jerman dan Itali. Namun begitu Mesir kekal menyebelahi British.

Apabila semakin berusia, Raja Farouk I mula mencuri barangan ketika membuat lawatan rasmi termasuk pedang istiadat daripada Shah Iran dan jam poket berharga daripada Winston Churchill. Raja Farouk I juga merupakan penyeluk saku yang handal dan turut mencuri daripada rakyat biasa sehingga dia digelar "Pencuri Cairo". Ini merupakan salah satu penyebab rampasan kuasa tentera 1952. Disebabkan oleh tuduhan salahguna kuasa dan kekalahan Mesir ketika Perang Arab-Israel 1948, Raja Farouk I telah digulingkan dalam satu rampasan kuasa ketenteraan pada 23 Julai 1952, diketuai oleh Muhammad Naguib dan Gamal Abdel Nasser . Perang ini menyebabkan 78 tanah Palestin telah dirampas oleh Israel dan negara Israel telah ditubuhkan.

Raja Farouk 1 terpaksa turun takhta dan disingkirkan ke Monaco, dimana Raja Farouk 1 tinggal sepanjang hidupnya. Selepas Raja Farouk 1 disingkirkan, anaknya yang masih bayi diisytiharkan sebagai raja dengan gelaran Raja Fuad II.Pemerintahan beraja sebenarnya telahpun dimansuhkan. Pada tahun 1953 pemerintahan beraja dimansuhkan secara rasmi . Dinasti Muhammad Ali selama 150 berkahir. Mesir diisytiharkan sebagai sebuah kerajaan republik. Pemerintahan baru dengan segera melelong koleksi harta peninggalan dan harta dicuri yang banyak.

Raja Farouk 1 hidup dalam buangan di Monaco dan kemudian di Rom, Itali. Pada tahun 1959 baginda diberi kewarganegaraan Monégasque.Baginda terus hidup dengan cara hidup yang mewah dan terus dengan ketagihan untuk mengumpul harta benda. Kecenderungannya untuk makanan yang lazat menyebabkan Raja Farouk 1 menjadi gemuk mencecah 136 kg. Pada 3 March 1965, beliau rebah dimeja makan di sebuah restoran Itali selepas makan dengan banyaknya. Raja Farouk 1 meninggal pada 18 March 1965. Ada dakwaan baginda telah diracun tetapi tiada bedah siasat dilakukan ketika itu.

Pengkebumian sepatutnya di Masjid Al Rifa'saya di Kaherah ,tetapi permintaan itu telah ditolak oleh kerajaan Mesir di bawah Gamal Abdel Nasser. Akhirnya baginda dikebumikan di Itali. Tindakan Gamal Nasser menyebabkan beliau tidak disenangi oleh rakyat Mesir yang masih mencintai zaman ekonomi mewah di bawah Raja Farouk I. Raja Faisal Arab Saudi setuju Raja Farouk dikebumikan di Arab Saudi. , Kemudian Presiden Nasser bersetuju bekas raja itu dikebumikan di Mesir, bukan dalam Masjid Al Rifai' tetapi di Makam Ibrahim Pasha.

Raja Farouk I berkahwin dua kali. Pertama dengan Permaisuri Safinaz Zulficar (1921–1988), anak perempuan Pasha dan ditukar nama kepada Farida selepas perkahwinannya. Mereka berkahwin pada 1938, dan bercerai pada 1948 mendapat tiga orang anak perempuan.

Isteri keduanya adalah rakyat biasa bernama Narriman Sadek (1934–2005). Mereka berkahwin pada 1951, dan bercerai pada 1954, mempunyai seorang anak yang dikenali kemudian sebagai Raja Fuad II. Semasa dalam buangan di Itali, Farouk bertemu Irma Capece Minutolo, penyanyi opera, yang menjadi temannya. Pada 2005, Irma mendakwa berkahwin dengan Raja Farouk pada 1957.

Dari Wikipedia Bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Kami berangkat pulang semula ke Kaherah lewat senja. Walaupun seharian penuh diisi dengan ziarah, namun kami masih bersemangat untuk hari esok. Tiada keletihan dan yang dirasai adalah sebuah kepuasan.

Friday, May 21, 2010 at 9:13 PM